Pages

Rabu, 02 Juni 2010

TAWAKAL


Tawakkal artinya berpasrah diri kepada Allah setelah melakukan upaya-upaya secara maksimal. Kita hidup di dunia jika menginginkan sesuatu maka ia harus berusaha untuk menggapainya. Meski demikian, usaha kita tidak sepenuhnya menentukan, karena banyak faktor lain yang ikut bermain, misalnya faktor kebetulan, faktor yang dipercaya sebagai keberuntungan, faktor doa dan sebagainya. Orang yang menyombongkan keberhasilannya sebagai usaha sendiri termasuk orang yang buruk akhlaknya terhadap Allah, dan bahkan bisa terperangkap ke dalam syirk khofiy. Seorang yang bertawakkal kepada Allah adalah orang yang bekerja keras untuk menggapai apa yang diinginkannya dengan mengikuti prosedur yang wajar (menggunakan management usaha), tetapi ia tetap meyakini bahwa keberhasilan usahanya ditentukan oleh Allah Yang Maha Pengatur. Ia yakin betul bahwa upaya dan kekuatan itu tidak efektif tanpa izin Allah, la hauls wala quwwata ills billah al'Aliy al 'Aziem.

Pengertian tawakkal difahami dari hadis yang berbunyi I'qilha wa tawakkal. Dikisahkan bahwa ada seseorang baru datang dari luar kota menemui Rasulullah. Beliau menanyakan apakah ontanya diikat (di parkir secara benar dan dikunci). Orang itu menjawab: Tidak ya Rasulullah, saya tawakkal saja kepada Allah. Rasul lalu menegurnya; (jangan begitu), ikat dulu untamu secara benar, baru engkau bertawakkal kepada Allah. Dari hadis itu dapat difahami bahwa kepercayaan kepada Allah sebagai Yang Maha Kuasa , Maha Pengatur dan Maha Penentu tidak mengurangi professionalitas dan rasionalitas usaha.

Tingkat kemampuan seseorang untuk bertawakkal kepada Allah berhubungan juga dengan tingkat ketauhidannya. Imam Gazali menggambarkan tingkat-tingkat tawakkal dengan perumpamaan sebagai berikut:

Jika engkau mau pergi ke padang pasir gersang, maka engkau harus mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan di sana, makanan, minuman, tenda, kendaraan dan sebagainya. Jika sudah lengkap berangkatlah anda dengan bertawakkal kepada Allah. Jika tidak lengkap jangan berani nekat, karena di sana alamnya sangat kejam. Ini adalah tawakkal tingkat terendah.

Jika engkau akan pergi ke hutan tetapi tidak ada bekal makanan, yang ada hanya alat berburu (senapan, pisau,korek dan termos air), berangkat sajalah dengan tawakkal kepada Allah, Insya Allah anda bisa menemukan bahan makanan disana. Ini adalah bentuk tawakkal orang yang telah memiliki ketrampilan tertentu.

Jika anda tidak memiliki bekal apapun, tetapi anda harus pergi juga ke suatu tempat, maka pergilah dengan tawakkal kepada Allah, asal tempat yang anda tuju itu masih ada atau banyak orang. Tawakkal tingkat ini masih rasional karena sifat sosial masyarakat akan dapat menjadi tumpuan hidupnya.

Meski anda tidak mempunyai bekal apapun, dan di tempat yang anda tuju tidak juga ada persediaan bekal, sedang anda tidak bisa menghindar dari keharusan untuk pergi ke tempat itu, maka pergilah dengan bertawakkal kepada Allah. Insya Allah Dia akan memberi apa yang anda butuhkan. Tawakkal tingkat ini adalah tawakkalnya kaum khowash, orang yang sebenar-benarnya bertauhid, karena ia telah mencapai tingkat ketaqwaan yang meyakini betul bahwa Allah Maha Kuasa mengadakan yang tiada, mengembalikan yang hilang, memberi rizki kepada seluruh hamba Nya dimanapun ia hidup, dan maka Pengasih lagi Penyayang kepada makhlukNya.

Tawakkal merupakan wujud akhlak kita kepada Allah, yang oleh karena itu perbuatan itu bernilai ibadah. Secara psikologis, orang yang bertawakkal dapat terhindar dari perasaan kecewa berkepanjangan jika menghadapi kegagalan, dan terhindar dari rasa sombong jika memperoleh keberhasilan, karena ia menempatkan diri sebagai hamba yang berprasangka baik terhadap kehendak Allah. Orang yang sudah bisa bertawakkal, jika ia sukses dalam suatu hal, disamping ia mengucapkan syukur kepada Allah, ia juga bertanya-tanya dalam hatinya, jangan-jangan kesuksesan ini merupakan cobaan dari Allah.

Sebaliknya jika setelah bekerja keras secara benar untuk menggapai apa yang diinginkan tetapi mengalami kegagalan, maka ia menyalahkan diri sendiri dan mengembalikan persoalannya kepada Allah Yang Maha Pengatur serasa berprasangka bahwa kegagalan itu merupakan rahmat Allah, karena boleh jadi di mata Allah ia belum layak menerima apa yang diinginkannya. Di satu sisi, tawakkal adalah juga merupakan bentuk tawaddu' atau rendah hati seorang hamba kepada Sang Khaliq. Orang yang bertawakkal pada umumnya juga ridla (puas) atas apapun yang diterimanya dari Allah, baik yang bersifat peningkatan maupun yang bersifat penurunan, karena ia memahami makna pemberian Allah.

TAFSIR AKHIRAT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memandang hidupnya manusia terbagi dua, yaitu; pandangan hidup ukhrowinya dan pandangan hidup duniawinya. Pandangan hidup ukhrowiyah adalah pandangan bahwa hidup adalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah dengan menjalankan fungsi peran yang diamanahkan Allah agar selamat di dunia dan akhirat dalam keridhoannya.

Sedangakan pandangan hidup dunia adalah; memandang hidup dunia ini sebagai kehidupan terakhir tanpa adanya pertanggungjawaban di akhirat atau memandang kehidupan di dunia tidak berhubungan dengan kehidupan di akhirtat atau ada hubungan, tetapi dalam pandangan yang sempit dan parsial atau akhirat tidak dipandang sebagai kehidupan sesungguhnya.

Memilih kehidupan ukhrowiyah adalah wajib berdasarkan dalil al-Quran surat albaqarah ayat 3-4

“. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.4. yang menguasai[4] di hari Pembalasan”

Kalau memahami hidup untuk ibadah, maka memandang kehidupan di dunia harus dengan pemahaman bahwa hidup di dunia itu adalah menjalankan kewajiban seperti yang diperintahkan, lalu kita akan segera kembali ketempat tinggal sebenarnya. Ini yang disebut dengan orientasi hidup. Orientasi hidup bisa juga disebut dengan tujuan hidup artinya hidup dan kehidupan di dunia wajib ditunjukan untuk kehidupan yang hakiki,

Kehidupan yang sebenar-benarnya dan selama-lamanya, kehidupan yang kekal abadi yaitu Negara akhirat.

Sehingga supaya manusia hidup dan kehidupannya berorientasikan ukhrowi, maka Allah telah mengutus Rasul-Nya dan menurunkan al-Quran sebagai hudan atau petunjuk hidup manusia yang benar yang dijalankan oleh Rasulullah supaya dalam memandang hidup dan kehidupan sesuai dengan kehendak Allah.

Rasul adalah penafsir pertama terhadap al-Quran serta memberikan penjelsan mengenai pelaksanaan perintah yang terkandung dalam al-Quran, dan langsung memberikan contoh bagaimana al-quran itu dilaksanakan, sehingga ketika Rasulullah masih hidup tidak begitu banyak penafsiran terhadap al-Quran karena Rasul langsung memprkatekannya. Tetapi setelah Rasulullah itu wafat permasalahan yang dihadapi semakin kompleks, maka orang-orang yang hafal dan memahami al-Quran bisa memberikan penjelaasan lebih banyak mengenai al-Quran dengan landasan penafsiran yang dilakukan oleh Rasul serta apa-apa yang dilakukan masyarakat di sekitar Rasulullah. Sihingga muncullah para mufasir untuk menjelaskan isi kandungan al-Quran.

B. Perumusan Masalah

Ingin mengetahui penafsiran dari para mufasir tentang ayat-ayat yang berkenaan dengan akhirat.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan masalah akhirat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Al-Quran Surat al-Qhashs ayat 77

77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Penafsirannya

Menurut kebanyakan ulama ahli tafsir,dalam ayat sebelumnya ayat 76. Karun yang dikisahkan dalam beberapa ayat ini adalah saudara sepupu Nabi Musa a.s akan tetapi ia bersikap munafik terhadap Nabi Musa dan menjadi binasa karena kemunafikannya dan sikap sombongnya sehubungan dengan kekayaan yang melimpah ruah yang dikaruniakan Allah kepadanya, yang karena sangat besarnya kekayaan dan pembendaharaan yang ia miliki, sampai-sampai kunci-kunci khajanahnya bila ia keluar, harus dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ia di neri nasihat oleh beberapa orang dari kaumnya yang berkata kepadanya: “janganlah engkai terlalu bangga dan gembira dengan apa yang engkau miliki sehingga engkau melampui batas dan lupa daratan, sesungguhnya Allah tidaj menyukai orang-orang yang membanggakan diri dan tidaj bersykur kepada Allah yang telah memberikan nimat itu kepadanya. Dan hendaklah engkau gunakan kekayaan yang Allah berikan kepadamu itu untuk beribadah kepada Tuhanmu dan berbuat baik kepada sesame manusia dengan jalan menafkahkan sebagai dari harta kekayaanmu untuk menolong mereka yang membutuhkan pertolonganmu dan di samping itu janganlah engkau melupakan bagianmu dari kanukmatan duniawi yang diperkenankan oleh Allah berupa makanan, minuman, pajaian, perkawinan dan perumahan, asalkan saja jangan sampai melampaui batas. Dan janganlah engkau dengan klekayaanmu itu berbuat kerusakan dan berlaku sewenang-wenang di atasbumi Allah ini, krana Allah sekali-kali tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

B. Al-Quran Surat at-Taubah ayat 38

38. Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.

Penafsirannya

Ayat ini adalah semacam sesalan dari pihak Allah swt. Terhadap para mukmin yang telah absen dan tidak turut serta bersama Rasululah SAW. Dalam perang Tabuk yang terjadi pada musim panas dan buah-buahan yang lejat-lejat. Allah berpirman “Mengapa kamu jika di himbau dan di ajak untuk berjihad di jalan Allah, kamu bermalas-malas dan merasa berat meninggalkan kehidupanmu yang santai dan senang. Kesenagan itu hanyalah berangkat bersama rasululah saw. Melaksanakan perang jihad. Apakah kamu merasa puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan akhiratmu kelak, padahal kehidupan di dunia itu di bandingkan dengan kehidupan akhirat adalah sangat tidak bararti.

Di riwayatkan oleh Imam Ahmad dari Mustaurid, bahwa Rasululah saw. Bersabda: yang artinya “perbandingan ( kehidupan ) di dunia dengan ( kehidupan ) di akhirat adalah seperti seorang di antara kamu mencabut jari telunjuknya di dalam air laut, maka hendaklah di lihatnya dengan apa kembali jari telunjuk itu!”

Berkata Al-Amasy tentang ayat ini “kehidupan di dunia itu adalah hanya seperti bekalnya seorang musafir.”

Di kisahkan oleh Abu Hazim, bahwa tatkala Abdul Aziz bin Marwan mendekati ajalnya, ia minta di perlihatkan kain kapan yang akan di kenakan padanya jika ia sudah wafat. Maka ketika di perlihatkan kepadanya, ia mengawasi kain kapan itu seraya berkata. “Oh dunia,sungguh sangat sedikit banyakmu dan sungguh pendek sedikitmu, dan sesungguhnya kami semua terbujuk olehmu.”

Allah mengancam orang-orang yang enggan berjihad memenuhi seruan dan himbauan Rasululah saw. Akan di beri siksa yang pedih, dan Allah akan menggantikan mereka dengan kaum lain untuk menolong Nabi-Nya menegakan Agama Allah dan sekali-kali tidak aka ada mudharat sedikit pun bagi Allah karena keengganan mereka berjihad. Karena Allah adalah Mahakuasa untuk menggalahkan dan menghancurkan musuh-musuh agama-nya walaupun tanpa ikut serta mereka.

C. Al-Quran Surat Ad-Duha ayat 4

“ dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)”(ayat 4)

Penafsiran

Janganlah berduka cita jika kadang-kadang terlambat datang wahyu itu kepadamu. Menurut tafsiran dari al-Qasimi;” Yang di ujung pekerjaanmu ini akan lebih baik dari permulaannya.” Artinnya jika di permulaan ini kelihatan agak sendat jalannya, banyak tantangan dan perlawanan. Namun akhir kelak-nya engkau akan mendapat hasil yang gilang-gemilang.

Dengan ayat ini di berikanlah kepada Rasul saw dan kepada orang yang menyambung usaha Rasul sebagai tuntunan hidup, agar merasa besar hati dan besar harapan melihat masa depan. Meskipun perjuangan itu dimulai dengan serba kesusahan, namun pada akhirnya kelak akan di dapat hasil yang baik. Dan ini bertemu dalam sejarah kebangkitan Islam.

Asal pekerjaan telah di mulai, akhir pekerjaan niscaya akan mendapati yang lebih baik dari pada yang permulaan. Yang poko ialah keteguhan niat dan azam di sertai pula dengan doa.

D. Al-Quran Surat al-Baqarah ayat 86

86. Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.

Pnafsirannya

“Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat”(pangkal ayat 86).Alangkah tepat ungkapan ini untuk merebut hidup dan kemegahan dunia yang pana, kedudukan pendeta-pendeta, ketinggian dalam pandangan masyarakat pengikut yang bodoh-bodoh, mereka lemparkan isi taurat mereka oleh karena kalau dituruti isi taurat pegangan itu sebenar-benarnya niscaya mereka menerima al-quran dan mengikuti Nabi s.a.w. Kalau isi taurat dan al-quran itu mereka ikuti, selamatlah mereka dunia dan akhirat. Apalah lagi diakhirat. Tetapi mereka tidak mau menerima kebahagiaan akhirat itu. untuk mempertahankan kemegahan dunia. Akhirnya akhirat tidak dapat,dunia yang dipertahankan itu hilang pula dari tangan.”maka tidaklah akan diringankan bagi mereka siksaan itu.” Baik siksaan dunia dengan kekalahan mereka yang berturut-turut, sehingga akhirnya di jaman khalifah Umar bin Khathab, sisa-sisa mereka yang tinggalpun di sapu bersih, tidak boleh seorang juapun tinggal di Zazirah Arab. Padahal tidaklah mereka di paksa sekali juga masuk islam, bahkan mereka diberi kehormatan sebagai “Ahlul Kitab”.Diakhiratpun niscahya azab itu tidak juga akan diringankan.”dan tidaklah mereka akan ditolong.” (ujung ayat 86).

Penolong sebenarnya di dalam kesusahan mereka hanyalah Tuhan yang didurhakai, siapa orang lain yang akan menolong?

Dan kalau kita pikirkan lagi, orang Yahudi di seluruh dunia di zaman sekarang hanyalah kira-kira 15 juta banyaknya, sedangkan kaum Muslimin menurut catantan setengah pencatat telah mencatat jumlah sampai 500 juta. Tersebar di seluruh tanah yang penting di Timur dan tersebar di mana –mana di dunia. Berapa kali pula mereka telah terpecah sesama sendiri ? bukanlah seketika orang islam di keluarkan dari Spanyol habis-habisan setelah kekalahan kerajaan Bani-Ahmar di Granada, tidak ada orang islam dari negri lain yang sungguh- sungguh membela? Bukanlah peperangan hebat terjadi 300 tahun yang lalu dinantara kerajaan islam Turki dengan Kerajaan Islam Persia (Iran) karena pertentangan mazhab pada lahirnya dan perebutan tanah kuasa pada batinnya ? Dan di saat-saat itu pulalah mulai berkembang penjajahan Negara-negara Barat kepada Negara-negara Islam.

Moga-moga ayat yang dimulai untuk Bani Israil ini yamg tinggal tertulis untuk kita, menjadi I’tibar dan perbandingan bagi kita Karena hokum perjalanan sejarah di dunia ini telah diatur oleh Allah dalam satu aturan yang adil, sebagaimana yang banyak ditulis oleh seorang ahli filsafat sejarah islam sendiri Allamah Ibnu Kaldun.

E. Al-Quran Surat Hud ayat 15-16

15. Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.

16. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan

Penafsirannya

Apa Yang Dituju Dalam Hidup ?

Apakah yang engkau tuju dalam kehidupan ini? Apakah ambisi yang memenuhu hatimu dalam perjuangan hidup itu? Apakah engkau menginginkan dunia dengan segala perhiasan ? jika engkau bersungguh-sungguh hendak mencapai dunia dengan perhiasan itu ; dengan pangkat yang tinggi, dengan mahkligai yang megah, dengan kekayaan yang berlimpah, dan kehormatan diri dan segala kelebihannya, semuanya itu akan engkau capai. Semuanya itu akan di berikan kepadamu.Tak usah khuwatir.

Tentu saja untuk mencapai dunia dengan perhiasan itu engkau menempuh jalanmu sendiri.’ Untuk mencapai tujuan , halal segala jalan.”Tentu engkau tenggang –menenggang dengan orang lain.yang engkau citakan itu akan tercapai!

“Mereka itulah orang-orang yang tidak akan ada untuk mereka (bahagian) di akhirat.” ( pangkal ayat 16).

Mengapa tidak? Orang yang akan mendapat kebahagiaan di akhirat adalah orang yang menjadikan perjuangan dunia itu untuk akhirat. Orang yang sejak semula sudah meniatkan bahwa dunia yang di kejarnya itu ialah untuk dia mananam amal. Dan hasil amalnya itu disengajanya untuk diterimanya di akhirat. Adapun kalau yang di kejar hanya semata dunia, tidaklah ada bahagiaannya lagi di akhirat.

Berkata Qatadah: “Barang siapa yang tujuan , cita-cita dan niatnya hanya dunia, akan didapatnya ganjarannya di dunia ini juga. Kemudian setelah sampai ke hari akhirat, tidaklah segala perbuatannya itu dapat penghargaan apa-apa, walaupun pada lahir kelihatan baik. Tetapi kalou orang mu’min yang berbuat baik, di dunia dia dapat ganjaran dan di akhirat mendapat pahala.” Ditegaskan dalam surat 17 (al-isra’, ayat 18dan 19), Yaitu barang siapa yang ingin menerima ganjaran yang cepat (yaitu dunia) akan kami cepatkan untuknya apa yang kami khndaki. Kemudian itu kami sediakan jahannam untuk membakar, dalam keadaan tercela dan tersunggku. Tetapi barang siapa yang inginkan akhirat, lalu dia berusaha menempuh jalannya, dan dia pun beriman. Maka segala usaha mereka itu mendapat ucapan terimakasih dan syukur dari Tuhan.

F. Al-Quran Surat az-Zumar ayat 9

9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Penafsirannya

Allah SWT berfirman. “ Apakah orang yang tekun beribadat di waktu-waktu malam bersujud dan berdiri seraya hatinya penuh rasa takut dari azab akhirat di samping harapan memperoleh rahmat Tuhannya, apakah orang yang sikapnya demikian itu dapat disamakan dengan orang yang musyrik yang mengada-ngadakan sekutu bagi Allah? Tentu saja tidak sama dan jauh berbeda, sebagian juga orang yang mengetahui tidaklah sama kedudukannya di dunia maupun di akhirat, di hadapan sesame manusia ataupun di sisi Allah.

Diriwayatkan oleh Imam Abd bin Hamid dari Anas bin Malik ra bahkan Rasululah saw bertanya kepada seorang sahabat yang di jenguknya dalam keadaan sakit.yang artinya: “Bagaimana keadaanmu hari ini?” Tanya Rasululah saw.kepada sahabatnya yang sedang sakit mendekati ajalnya. Si sakit pun menjawab, “pikiranku terombang-ambing oleh rasa harap dan takut; mengharap rahmat Tuhan dan takut oleh siksa-Nya. Kemudian bersabda Rasululah saw. “Tidak seorang hamba Allah yang dalam hatinya terdapat dua perasaan itu, melainkan Allah akan memberikan apa di harapkan dan menyelamatkan dari apa yang di takuti.”

BAB III

KESIMPULAN

Dengan penafsiran para mufasir terhadap ayat di atas,penulis dapat simpulkan bahwa semua pembahaasan dari ayat tersebut mengarah kepada kehidupan akhirat dimana kebahagiaan akhirat tidak bisa didapat apabila manusia ketika hidup di dunia menolak atau tidak mengikuti ajakan Rasulullah untuk berkorban harta dan jiwa dalam menegakkan visi dan misi al-Islam.

Diayat pertama Allah menggambarkan orang yang hidup terus-menerus berusaha untuk memadamkan perjuangan Nabi Musa, oleh karena itu mereka tidak akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat karena perbuatannya itu. Dan di ayat selanjutnya Allah menggambarkan orang-orang yang diajak berjuang tetapi mereka melalaikan ajakan tersebut. Mereka tidak akan mendapatkan kebahagiaan di dunia harta mereka yang mereka cari akan di tinggalkan sedangkan akhiratpun tidak mendapatkan apa-apa.

Intinya barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat maka mereka harus beramal yaitu dengan melanjutkan visi misi Rasulullah sampai Islam itu menang, dan tinggi tidak aka ada yang mengalahkan ketinggiannya itu.

“Ayat-ayat Tentang Risalah”

MAKALAH TAFSIR

Ayat-ayat Tentang Risalah

(Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Tafsir)

Disusun Oleh :

Ahmad Nursyamsi 208 203 297

Aam Nurhakim 208 203 276

Ai Nurfitri 208 203 303

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negri Sunan Gunung Jati Bandung

2009

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan puja hanya milik Allah Swt. Yang telah memberikan kemampuan menggoreskan gagasan dan pemikiran dengan baik sehingga bagaikan berlian yang penuh harga nilai dan makna yang membawa perubahan kepada kebaikan.Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad Saw. Sang pahlawan revolusioner Islam yang telah mengubah wajah dunia menuju peradaban yang bermartabat.

Penyusun bersyukur karena dengan kodrat dan irodat Allaw Swt. Penyusun dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Namun dengan kerendajan hati, keterbukaan tangan dan keluasan waktu “tak ada gading yang tek retak” oleh karena itu penyusun berterima kasih akan saran dan kritik sahabat pembaca yang budiman. Semoga memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhirnya semoga makalah ini dapat menjadgi lading amal shaleh yang diterima Allah Swt. Ilmu yang bermanfaat dan menjadi bagian dalam mewujudkan agen of change kea rah yang di ridhai Allah Swt. Amin.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Seorang mu’min yang mukhlis harus mengagungkan Rasul, yang ditulis oleh Allah Swt. Membawa agama yang hak Allah Swt telah memuliakannya, meninggikan namanya serta menuliskan namanya dalam lembaran-lembaran mulia.

Sesungguhnya Allah Swt mengutus Nabi Muhammad Saw kepada kaum yang sombong lagi buruk akhlak. Setelah beliau diutus merendahkan orang-orang yang sombong dan durhaka, terjungkirlah berhala-berhala, belahlah istana kisra dan jatuhlah empat belas blok yang menandakan empat belas orang yang akan merajai, padamlah api Persia dan surutlah danau sawat tanpa terukur.

Nabi merupakan rahmat bagi seluruh alam, beliau mempunyai nilai yang sangat tinggi bagi kalangan khawasdan awam. Allah Swt telah menggambarkan sifat-sifat nabi dengan gambaran yang agung da tidak ternilai.

1.2 Rumusan masalah

Maka dengan latar belakang diatas, maka pemakalah akan menjelaskan tentang:

1. Bagaimana penafsiran-penafsiran ayat Al-Qur’an tentang risalah menurut para mufassir?

1.3 Tujuan penulisan

Untuk mengetahui secara terperinci tentang tafsiran-tafsiran ayat Al-Qur’an tentang risalah menurut para mufassir supaya orang yang awam menjadi tahu dan mengerti ayat-ayat tentang risalah tersebut.


BAB II

PEMBAHASAN

Risalah berasal dari bahasa arab yaitu arsala, yursilu, risalah yang artinya Utus. Dalam konteks ini, yang mengutus adalah Allah SWT dan utusannya adalah Nabi Muhammad. Beliau ditugaskan untuk menyebarkan ajaran yang hanya menyembah satu Tuhan, yaitu Allah. Bentuk ajarannya adalah Islam yang selalu diartikan dengan selamat, karena berasal dari kata salamah.

2.1 Surat At-Taubah [9] Ayat 33:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ {33}

Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai”.

Menurut Tafsir al-Misbah:

Dalam rangka mewujudkan kehendak-Nya menyempurnakan cahaya-Nya itulah maka Dia yang telah mengutus Rasul-Nya yakni Nabi Muhammad Saw. dengan membawa petunjuk berupa penjelasan yang gambling dan bukti-bukti yang sangat jelas, membungkan siapa yang ragu dan dengan membawa agama yang benar untuk dimenangkan-Nya agama itu melalui rasulnya atas segala agama semuanya. Walaupun orang-orang musyrik yang keras kepala tidak menyukai kehadiran agama Allah itu apalagi kemenangannya, Allah tetap akan menyempurnakan cahaya-Nya tanpa menghiraukan keengganan mereka.

Firman-Nya (لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّه ِ ) untuk dimenangkannya segala agama tidak harus dipahami dalam arti menjadikan agama-Nya adalah agama yang paling banyak penganutnya, karena secara jelas terlihat bahwa penganut agama yang bertentangan dengan Islam jauh lebih banyak Allah telah menyatakan bahwa :

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ {116}

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”.

Yang dimaksud dengan kemenangan tersebut adalah kemenangan hujjah dan argumentasinya. Dapat juga kalimat ini difahami dalam arti akan dimenangkannya agama Islam atas semua isme dan agama yang berbeda dengannya kelak sebelum datangnya kiamat, atau kemenangan atas agama-agama yang lain dalam arti ketetapan Allah Swt. menasahkan atau membatalkan berlakunya agama-agama yang lalu dengan kehadiran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw walaupun agama-agama itu disampaikan oleh rasul-rasul Allah. Dalam konteks ini Nabi Muhammad Saw bersabda “seandainya Musa as. hidup dia tidak dapat keuali mengikutiku” (HR. Ahmad).

Ayat ini ditutup dengan walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai sedang ayat sebelumnya ditutup dengan walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Gabungan keduanya mengisyaratkan bahwa yang berkeyakinan bahwa Uzair dan Al-Masih adalah putra Allah telah menggabung pada dirinya kekufuran dan kemusyrikan.

Menurut Tafsir Al-Maragi:

Allah menerangkan dalam ayat ini bagaimana Dia menyempurnakan cahayaNya:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ

Allah Ta’ala menjamin penyempurnaan cahaya ini dengan mengutus Rasul-Nya yang dilengkapi dengan petunjuk dan agama yang tidak akan bisa digantikan oleh agama lain, tidak pula akan bisa dibatalkan oleh sesuatu pun.

Allah menerangkan tujuan mengutus Muhammad sebagai penutup para Nabi yang membawa Ad-Dinul Haq:

لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ

Agar agama ini mengungguli seluruh agama dengan hujjah, keterangan, hidayah, pengetahuan, kepemimpinan, dan kekuasaan. Agama lain tidak memiliki seperti apa yang dimiliki oleh islam, berupa pengaruh spiritual, intelektual, material, social, dan politik.

وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Meskipun orang-orang musyrik tidak menyukai jika Islam mengungguli agama-agama lain. Allah telah menyifati mereka dengan syirik setelah menyifati mereka dengan kufur. Hal ini menunjukan, bahwa mereka meadukan kedua sifat itu : kafir dan mendustakan Rasul, serta syirik kepada Allah.

Kedua kalimat ini memberitahukan, bahwa penyempurnaan agama dan mengunggulkannya atas seluruh agama itu pasti terjadi, meski seluruh orang kafir yang musyrik dan non musyrik tidak menyukainya.

Ibnu Syeh mengemukakan : “Kemenangan agama yang hak atas agama-agama yang lainnya terjadi setahap demi setahap untuk selamanya. Kemenangan itu menjadi sempurna tatkala diturunkannya kembali Nabi Isa as. perihal ini terdapat dalam riwayat bahwasannya Nabi Muhammad Saw. bersabda “Pada masa Nabi Isa diturunkan (kembali), seluruh agama akan dibinasakannya kecuali agama Islam. “Pendapat lain mengemukakan bahwa kemenangan total agama yang hak itu terjadi tatkala datangnya Imam Almahdi. Pada saat itu tak ada seorang pun meliankan memeluk agama Islam serta patuh menjalankannya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan yang artinya :

“Persoalan akan semakin bertambah sulit, dunia semakin bertambah renta, manusia semakin kikir, dan kiamat tidak akan terjadi kecuali dalam keadaan manusia sudah amat jahat, dan tiada yang membantu Al-Mahdi kecuali ‘Isa bin Maryam. (H.R. Ibnu Majjah).

Maksudnya, tidak seorang pun yang menemani al-Mahdi kecuali ‘Isa bin Maryam, karena ‘Isa turun untuk membantu al-Mahdi dan menemaninya. Al-Mahdi yang merupakan ‘itrah (keturunan) Nabi Saw. adalah seorang imam yang adil. Dia bukan Nabi, bulan pula Rasul. Perbedaan antara al-mahdi dan ‘Isa bin Maryam adalah seorang Nabi yang diutus dan mendapat wahyu, sedangkan al-Mahdi bukanlah seorang Nabi dan tidak pula mendapatkan wahyu. ‘Isa merupakan penutup kekhilafahan secara mutlak. Keduanya berkhidmat kepada agama Islam yang merupakan sebaik-baiknya agama dan paling dicintai disisi Allah.

Seorang mu’min yang mukhlis harus mengagungkan Rasul, yang diutus Allah Swt. membawa agama yang hak. Allah Swt. telah memuliakannya, meninggikan namanya serta menuliskan namanya dalam lembaran-lembaran mulia.

2.2 Surat Al-Ahzab [33] Ayat 45-47:

يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّآ أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا {45} وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُّنِيرًا {46} وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ بِأَنَّ لَهُم مِّنَ اللهِ فَضْلاً كَبِيرًا {47}

“Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan [45] dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi [46] Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah [47]”.

Menurut Tafsir Al-Maragi:

Setelah Allah SWT. Menyebutkan tentang didikanNya terhadap nabiNya pada awal surat dan menyebutkan pula apa yang patut beliau lakukan terhadap keluarganya, maka disebutkan pula disini apa yang harus beliau lakukan terhadap makhluk seluruhnya.

Pada ayat ke-45 mengandung artian: Hai rasul, sesungguuhnya kami telah mengutus kamu sebagai saksi atas umat yang kepada mereka kami diutus. Kamu mengawasi perbuatan mereka dan kamu mengetahui perbuatan-perbuatan mereka, bahkan menanggung kesaksian atas apa yang mereka lakukan, berupa membenarkan atau mendustakan, dan segala perbuatan lainnya yang mereka lakukan pada hari kiamat. Dan kami mengutusmu sebagai pemberi kabar gembira kepada mereka, beripa surga jika membenarkan kamu dan melakukan ajaran yang kamu bawa pada mereka, dari sisi Tuhanmu, dan pemberi peringatan kepada mereka tentang nmeraka yang bakal mereka masuki, lalu mereka disana disiksa karena mendustakan kamu dan menyalahi apa yang kamu printahkan dan kamu cegah terhadap mereka.

Pada ayat ke-46: Dan juga sebagai penyeru seluruh makhluk untuk mengakui tentang keesaan Allah ta’ala dan segala yang wajib bagi Allah Swt, berupa sifat-sifat kesempurnaan,dan supaya mereka menyembah Allah yang mrlakukan pendekatan kepada-Nya dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan, juga sebagai obor yang terang. Dari kamulah orang-orang yang sesat itu mendapat peneraangan-penerangan dalam kegelapan-kegelapan, kebodohan dan kesesatan, dan cahayamu pula orang-orang yang mendapat petunjuk mengambil cahaya, sehingga mereka dapat menempuh jalan kebenaran dan kebahagiaan.

Ayat ke-47: Dan perhatikanlah keadaan umatmu, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang mu’min, bahwa mereka akan mendapat karunia besar atas umat-umat lainnya. Karena mereka dapat merubah sistem masyarakat yang zalim dan tidak adil menjadi masyarakat yang adi dan teratur dan dapat memasukkan umat yang terlanjur berpakaian kejelekan kedalam golongan umat yang memimpin keteraturran umat manusia pada zaman yang baru.

2.3 Surat Ali-Imran [3] ayat: 164:

لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَّفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ {164}

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.

Menurut Tafsir Al-Maragi:

Sungguh Rasul dilahirkan di negri mereka dan tumbuh dikalangan mereka [arab]. Kemudian selama hidupnya, mereka tidak pernah melihat beliau melakukan hal-hal yang buruk. Ia jujur dan dapat dipercaya, selalu mengajak ke jalan Allah dan berpaling dari keduniawian. Lalu bagaimana mungkin seseorang yang sifatnya demikian masih juga ada yang menuduh melakukan penggelapandan berkhianat.

Mengapa Rasul di utus dikalangan bangsa arab? Karena pada waktu itu dunia dikuasai oleh dua Negara adidaya: Persia dan Romawi, kemudian menyusul India dan Yunani. Negara-negara tersebut sangat tidak berkeprimanusiaan, segala sesuatu yang haram mereka halalkan, Khurafat berkembang pesat, pemikiran filsafat yang bebas, menyebabkan Negara-negara itu sangat terbelakang karena kemusyrikan mereka.

Sementara itu, di jazirah Arabia, bangsa Arab hidup dengan tenang, jauh dari bentuk keguncangan tersebut. Mereka tidak memiliki kemewahan dan peradaban Persia yang memungkinkan mereka kreatif dan pandai menciptakan kemerosotan-kemerosotan, filsafat keserbabolehan, dan kebejatan moral yang dikemas dalam bentuk agama. Merka juga tidak memiliki kekuatan militer Romawi yang mendorong mereka melakukan ekspansi ke Negara-negara tetangga. Mereka tidak memiliki kemegahan filosofis dan dialektia Yunani yang menjerat mereka menjadi mangsa mitos dan khurafat.

Karakteristik mereka seperti bahan baku yang belum diolah dengan bahan lain. Hanya saja mereka tidak memiliki ma’rifat [pengetahuan] yang akan mengungkapkan jalan ke arah itu karena mereka hidup dalam kegelapan, kebodohan, dan alam fitrah pertama. Akibatnya mereka sesat, tidak menemukan nilai kemanusiaan tersebut.

Selajutnya mereka membunuh anak dengan dalih kemanusiaan tersebut. Dan kesucian, memusnahkan harta kekayaan dengan alasan kedermawanan, dan membangkitkan peperangan diantara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.

Di samping itu, Jazirah Arab secara geografis terletak di antara umat-umat yang sedang dilanda pergolakan.

Ustadz Muhammad Mubarak mengatakan bahwa Jazirah Arabia terletak di antara dua peradaban. Pertama, peradaban Barat yang materialistis telah menyajikan suatu bentuk kemanusiaan yang tidak utuh. Kedua, peradaban spiritual penuh dengan khayalan di ujung timur.

Oleh karena itulah Rasulullah di utus kepada umat di Jazirah Arab yang posisi geografinya terletak dibagian tengah umat-umat yang ada di sekitarnya, sehingga memudahkan untuk berdakwah, dengan demikian mereka lebih mudah disembuhkan dan diarahakan.

Hikmah pilihan ini sama dengan hikmah dijadikannya Rasulullah seorang Ummi, tidak bisa menulis dan membaca agar manusia tidak ragu dengan kenabiannya, agar mereka tidak memilki banyak sebab keraguan terhadap kebenaran dakwahnya.

2.4 Surat al-Baqarah [2] ayat 129:

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ

وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ {129}

“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Sudah menjadi kebijaksanan Allah untuk menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa dakwah islam dan media langsung untuk menerjemahkan kalam Allah dan penyampaiannya kepada kita. Jika kita kaji karakteristik bahasa, lalu kita bandingkan antara yang satu dengan yang lainnya, niscaya akan kita temukan bahwa bahasa Arab banyak memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Karena itu, sudah sepatutnya jika bahasa Arab dijadikan bahasa pertama bagi kaum muslimin di seluruh penjuru dunia.

Menurut Tafsir Ruhul Bayan:

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ , Yakni pada umat Islam dari anak cucu kami.

seorang Rasul dari kalangan mereka رَسُولاً مِّنْهُمْ yakni, dari diri mereka sendiri, karena kata “Utuslah kepada mereka” tidak mesti utusan itu berasal dari golongan mereka sendiri. Dan tidaklah diutus dari keturunan keduanya kecuali Nabi SAW. Beliaulah yang merupakan wujud diijabahnya do’a keduanya.

Diriwayatkan bahwasanya dikatakan kepada Ibrahim: “Telah dipenuhi do’amu dengan lahirnya Nabi akhir zaman”. Dalam hadits dikatakan:

“Sesungguhnnya aku telah ditulis pada sisi Allah sebagai Nabi akhir zaman. Sesungguhnya Adam mengandung kumpulan orang semenjak dalam adonannya. Aku akan memberitahukan kepadamu asal-usulku. Sesungguhnya aku merupakan [wujud pengabulan] do’a nenek moyangku Ibrahim a.s., sebagai kabar gembira yang dibawa oleh Isa, dan sebagai impian ibuku yang ketika akan melahirkanku bermimpi bahwa dari dirinya keluar cahaya menerangi gedung-gedung di Syam”. [al-Hadits]

yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِكَ , yakni yang harus membacakan dan menyampaikan dalil-dalil tauhid dan kenabian yang diwahyukan kepadanya.

Dan mengajarkan kepada mereka وَيُعَلِّمُهُمDan setaraf dengan potensi penalaran mereka.

Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ, Yakni al-Qur’an yang menyempurnakan dirinya dengan ilmu pengetahuan yang hak dan hukum-hukum syara’ yang dapat menyempurnakan jiwa mereka.

Ibnu Darid berkata: “Setiap kata yang kamu nasihatkan atau kamu serukan kepada kemuliaan, atau kamu mencegah perbuatan buruk dengan kata itu, maka kata itu disebut hikmah”

Serta menyucikan mereka وَيُزَكِّيهِمْ,Sambil mempertimbangkan kekuatanmereka dalam beramal, yakni mensucikan mereka dari kotoran syirik dan berbagai jenis kemaksiatan,baik kotor itu dikarenakan meninggalkan perbuatan wajib atau karena mengerjakan perbuatan munkar. Kemudian setelah Ibrahim menyampaikan ketiga do’a ini, ia mengakhirinya dengan pujian kepada Allah Ta’ala.

Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa إِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ, yang Memaksa dan Mengalahkan apa-apa yang dikehendaki-Nya.

lagi Maha Bijaksana الْحَكِيمُ, yang tidak mengerjakan apapun yang tidak berhikmah dan tidak mengandung kemaslahatan. Dia-lah Allah yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana dengan Dzat-Nya, dan segala perkara yang selain-Nya adalah hina dina dan bodoh.

BAB III

PENUTUP

Allah SWT. Menjamin penyempurnaan cahaya islam ini dengan mengutus Rasul-Nya yang melengkapi dengan petunjuk dan agama yang tidak akan bisa digantikan oleh agama lain, tidak pula akan bisa dibatalkan oleh sesuatu pun. Bahwa dalam pengutusan Rasul ada hikmah atau kemaslahatan dan akibat yang terpuji. Pewaris para rasul, yaitu wali, mempunyai andil besar dalam pensucian manusia, dan dalam meramaikan lahiriyah, menerangi batiniyag,dan mengatur alam.

Nabi merupakan rahmat bagi seluruh alam. Mempunyai nilai yang sangat tinggi bagi kalangan khawas dan awam.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qr’anul kariim

Al-Buruswi, Ismail Haqqi. Terjemah tafsir ruhul bayan Juz 1. CV. Dipenogoro, Bandung 1994.

Al-Buruswi, Ismail Haqqi. Terjemah tafsir ruhul bayan Juz IV. CV. Dipenogoro, Bandung 1994.

Al-Buruswi, Ismail Haqqi. Terjemah tafsir ruhul bayan Juz X. CV. Dipenogoro, Bandung 1994.

Shihab, Quraish, M. Tafsir al-Misbah, pesan, kesan dan kesenian al-Qur’an. Lentera hati, Jakarta 2002.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Terjemah Tafsir al-Maragi 4, CV. Toha putra semarang, semarang.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Terjemah Tafsir al-Maragi 10, CV. Toha putra semarang, semarang.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Terjemah Tafsir al-Maragi 22, CV. Toha putra semarang, semarang.

Dr. Al-Buty, Muhammad Sa’id Ramadhan. Sirah Nabawiyah. Robbani Press, 1999

TAFSIR AAGAMA ISLAM

TAFSIR AYAT-AYAT AL QURAN

TENTANG AGAMA ISLAM

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah

Tafsir Quran

Disusun Oleh Kelompok 10 :

Asep Saepul Ulum

Ahmad Muzakir

Alin Agustina

Aceng Tajul Arifin

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2009

KATA PENGANTAR

ÉOó¡Î0 «!$# ÇuH÷q§9$# ÉÏm§9$#

Segala puji bagi Allah, sang pencipta, maha memberi segalanya, pembuka, pemberi rezeki dan pemberi nikmat meskipun tanpa diminta. Tuhan yang telah memberikan rahmat dan karunianya yang tidak terhingga, yang telah menciptakan alam semesta untuk diurus dan dijadikan pelajaran oleh hambanya. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada pemimpin umat, revolusi islam sedunia, teladan bagi semua hamba yang mengharapkan ridho dan kasih sayang-Nya, tidak terlupa kepada sahabat dan keluarganya yang selalu mendampingi dalam suka dan duka perjuangan hingga islam mulia sampai akhir dunia.

Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Tafsir Quran yang telah memberikan bimbingannya, kepada teman-teman yang selalu membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kekurangan dan kehilafan, oleh karena itu keritik dan saran yang sifatnya membangun untuk lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya sangat penyusun harapkan.

Bandung,18 Mei, 2009

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebelum Agama Islam datang kehidupan manusia di zaman jahiliyah sangat tidak teratur bahkan tidak memiliki pemimpin sendiri sehingga menimbulkan berbagai macam penodaan terhadap kehidupannya, maka dengan kejadian tersebut Allah SWT menurunkan wahyu melalui seorang Nabi yang bisa mengubah kehidupan yang lebih baik dengan menjalankan Syariat Agama Islam. Dengan Agama Islam itulah manusia bisa bahagia, selamat dunia dan akhirat.

Agama Islam merupakan wahyu dari Allah SWT yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw di semenanjung Arabia pada awal abad ke 7 Masehi, di dalam masa 23 tahun (610-632 M). Selama 23 tahun itu Nabi Muhammad saw menyebarkan agama Islam kepada ummat manusia untuk kembali ke jalan yang benar yaitu supaya tunduk dan patuh kepada Allah SWT agar diakhirat kelak mendapatkan pahala atau kebahagiaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan agama islam?

2. Bagaimana penafsiran ayat-ayat yang berhubungan dengan agama islam?

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFATAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah.................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama Islam.................................................................................... 2

B. Ayat-ayat Al Quran yang berhubungan dengan Agama Islam......................... 2

1. QS. Ali Imran ayat 19.......................................................................... 2

a. Ayat 20.......................................................................... 3

b. Ayat 85.......................................................................... 5

2. QS. Al Maidah ayat 3.............................................................................. 6

3. QS. Ass Shafat ayat 7............................................................................. 7

4. QS. Al An’am ayat 125........................................................................... 8

5. QS. Az Zumar ayat 22`........................................................................... 9

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................ 11

B. Saran.................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama Islam

Dalam bahasa Arab, kata "Islam" adalah tunduk atau patuh, atau juga bermakna penyerahan diri. Jadi yang dimaksud dengan agama islam adalah penyeraha diri dengan sepenuhnya kepada Allah SWT di dalam tata kehidupan, hal itulah yang dimaksudkan oleh firma Allah dalam Surah Adz Zariyat ayat 56.

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

Oleh karena itu setiap agama yang diwahyukan oleh Allah sejak dari masa Nabi Adam as sampai kepada Nabi Isa as bersifat penyerahan diri kepada Allah SWT, maka tersebab itulah semuanya dinyatakan Agama Islam.

B. Ayat-ayat Al Quran yang berhubungan dengan Agama Islam

1. QS. Surah Ali Imran ayat 19, 20 dan 85

19. Sesungguhnya agama (yang benar) disisi Allah hanyalah Islam, dan mereka yang (dulu) telah diberi al-Kitab§ tidak berselisih kecuali setelah pengetahuan (tentang kebenaran) dating kepada mereka, karena mereka saling diri. Dan barangsiapa mengingkari tanda-tanda Allah, maka sesungguhnya Allah Mahacepat dalam menghitung.

§ Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.

Menurut penafsiran Nurul Quran di dalam ayat tersebut dikatakan bahwa yang dimaksud ruh dari agama yaitu penyerahan diri kepada Allah, berurutan dengan pernyataan tentang keesaan Allah, al-Quran menyatakan tentang ketunggalan agama dan menyatakan:

"Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah islam"

Jadi agama yang benar di sisi Allah adalah ketundukan atau penyerahan diri orang-orang yang taat kepada kehendak atau perintah Allah.

"Dan mereka yang dulu telah di beri al-Kitab tidak berselisih"

Yang menjadi tujuan dari ayat ini adalah para penganut agama Yahudi dan Nasrani yang perselisihannya karena mereka menolak Islam.

"Kecuali setelah pengetahuan (tentang kebenaran) datang kepada mereka"

Ketika mereka memahami bahwa agama islam adalah benar, para pengikut Yesus percaya kepada trinitas (Bapak, putra dan Roh Kudus), dan bangsa yahudi berkata,"Ezra adalah anak tuhan." Jadi kedua kaum ini berselisih tentang kenabian Nabi saw, walaupun mereka telah sepenuhnya mempelajari dan menemukan. Julukan-julukan dan ciri-ciri khusus Nabi saw dalam kitab-kitab mereka (Taurat dan Injil), mereka benar-benar mengetahui bahwa Muhammad saw adalah Rasul Allah dan Nabi-Nya.

"Karena mereka saling diri"

Kalimat ini berarti bahwa penolakan dan perselisihan mereka disebabkan oleh kedengkian mereka dan upaya mereka untuk saling memperoleh posisi tertinggi, dan bukan karena keraguan mereka kepada kebenaran islam.

"Dan barang siapa mengingkari tanda-tanda Allah"

Yang dimaksud tanda-tanda Allah adalah al-Quran, Taurat, dan Injil, serta ciri apa pun yang dimiliki Nabi saw yang terdapat di dalamnya.

"Maka, sesungguhnya Allah Mahacepat dalam menghitung"

Allah Mhacepat dalam melakukan perhitungan (hisab), dan pada saat yang sama, tiada perbuatan manusia mana pun yang bisa tersembunyidarinya.

Ali Imran ayat ke 20

20. Jika mereka berdebat denganmu, maka katakanlah, "Aku telah menyerahkan diriku (sepenuhnya) kepada Allah dan juga para pengikutku." Dan katakanlah kepada mereka yang telah diberi al-Kitab dan orang-orang yang ummi( tak bisa membaca), "Apakah kau juga menyerahkan dirimu?" Jadi, jika mereka tunduk, sesungguhnya mereka telah memperoleh petunjuk yang benar, dan jika mereka berpaling, maka yang wajib bagimu hanyalah menyampaikan pesan, dan Allah Mahatau tentang hamba-hamba-Nya.

Ummi artinya ialah orang yang tidak tahu tulis baca. menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan Ummi ialah orang musyrik Arab yang tidak tahu tulis baca. menurut sebagian yang lain ialah orang-orang yang tidak diberi Al Kitab.

Fenafsirannya

Jika mereka berdebat denganmu, maka katakanlah, "Aku telah menyerahkan diriku (sepenuhnya) kepada Allah dan juga para pengikutku."

Menurut Tafsir Nurul Quran penafsiran ayat tersebut dikatakan bahwa Allah ketika berfirman kepada Nabi saw, telah memerintahkan kepadanya bahwa jika orang-orang Yahudi dan Nasrani berdebat dengannya tentang agama yaitu Islam, maka ia harus bekata kepada mereka bahwa dia telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada yang Mahaesa, dan dirinya tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun juga, dan tidak menyembah tuhan yang lain selain-Nya.

Maksudnya adalah agar Nabi saw memberitahukan kepada mereka bahwa agamanya adalah agama tauhid (monoteisme), dan keyakinan ini adalah prinsip yang sama bahwa semua manusia dewasa wajib mengakuinya (menganutnya).

Dan katakanlah kepada mereka yang telah diberi al-Kitab

Orang-orang yang dimaksud adalah para ahli kitab, Yaitu kaum yahudi dan Nasrani

Dan orang-orang yang tak bisa membaca

Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki Kitab, yakni kaum kafir Arab.

Apakah kau juga menyerahkan dirimu

Dengan merujuk kepada bukti-bukti dan tanda-tanda yang diperlihatkan kepada kalian, apakah kalian telah memeluk islam, atau tetap berkeras dengan kekafiran kalian sendiri?

Jadi, jika mereka tunduk, sesungguhnya mereka telah memperoleh petunjuk yang benar

Jika mereka menganut islam, akan bermanfaat bagi mereka sendiri karena telah diangkat dari kesesatan dan dibimbing menuju jalan yang benar.

dan jika mereka berpaling, maka yang wajib bagimu hanyalah menyampaikan pesan, dan Allah Mahatau tentang hamba-hamba-Nya.

Jika mereka bersikeras dan tidak mau memeluk Islam, maka tiada kerugian bagimu, wahai Muhammad! Engkau adalah Rasul Allah dan kewajibanmu hanyalah menyampaikan pesan dan untuk menarik perhatian mereka kepada jalan kebenaran dan petunjuk (hidayah).

Menurut Tafsir Ibnu Katsir dari Surah Ali Imran ayat 19-20 dimana Allah berfirman dalam salah-satu ayat yang berbunyi, "Sesungguhnya agama pada sisi Allah ialah Islam." Penggalan ini merupakan pemberitahuan dari Allah bahwa tiada agama menurut-Nya yang dapat diterima dari seseorang kecuali agama Islam. Islam merupakn panutan para Rasul dan mereka diutus Allah denagn membawa Islam hingga Allah mengakhiri rasul dengan Muhammad saw, yang menutup seluruh jalan kepada Allah kecuali melalui arah Muhammad saw. Barangsiapa yang meninggal, setelah diutusnya Muhammad, maka dia ditolak. Sebagaimana Allah berfirman, "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima daripadanya."

Kemudian Allah berfirman, "Dan tidaklah orang-orang yang diberi Al-Kitab berikhtilaf melainkan setelah datang kepada mereka pengetahuan, lantaran kedengkian di antara mereka," yakni bagian yang satu mendengki yang lain, lalu mereka berselisih ihwal kebenaran lantaran mereka saling mendengki dan membenci. Hal itu mendorong mereka untuk menyalahi pihak lain dalam segala ucapan dan perbuatan, meskipun yang disalahi itu benar.

Ali Imran ayat ke 85

85. Dan barangsiapa mengikuti agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya, dan di akhirat, mereka di antara orang-orang yang merugi.

Penafsiran ayat tersebut menurut Tafsir Nurul Quran bahwa dalam ayat sebelumnya, digambarkan tentang bentuk kepemimpinan dan teologi Islam. Prinsip-prinsip umumnya adalah sebagai berikut:

1. Semua Nabi yang terdahulu , telah mengambil sumpah untuk beriman kepada nabi sesudah mereka .

2. Seluruh alam yang ada ini tunduk kepada Allah dan tidak ada agama yang bisa diterima kecuali agama Allah.

3. Para pengikut Islam beriman kepada semua Nabi Allah dan Kitab-kitab Allah.

Itulah bentuk agama Islam dan keyakinannya. Kini, secara eksplisit al-Quran menyatakan bahwa barangsiapa menerima yang selain itu, maka agama itu tak akan diterima darinya.

Sedangkan menurut Tafsir Ibnu Katsir penafsiran dari ayat tersebut bahwa barang siapa yang menempuh jalan yang tidak disyariatkan oleh Allah maka tidak akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. Sebagai mana dikatakan dalam sebuah hadis sahih.

من عمِل عملاً ليس عليهِ أمرُنا فهُو ردٌ

"Barangsiapa yang melakukan suatu amal yang tidak sejalan dengan syariat kami, maka amalannya tertolak."

2. QS. Al Maidah ayat 3

3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah¨, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya©, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panahª, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini* orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksaÒ karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat 145.

©Maksudnya Ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.

ªAl Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.

*Yang dimaksud dengan hari Ialah: masa, Yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w.

ÒMaksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini jika terpaksa.

Ayat di atas yang bergaris bawah, yang artinya:

"Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu, telah Kucukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Kuridhai Islam sebagai agamamu."

ªMenurut Tafsir Ibu Katsir bahwa inilah nikmat Allah yang palin besar yang dikaruniakan kepada umat ini, karena Dia telah menyempurnakan agama mereka sehingga mereka tidak memerlukan selain agama-Nya dan tidak memerlukan seorang nabi pun kecuali Nabi saw.

Oleh karena itu, Allah menjadikan beliau sebagai penutup para nabi dan Dia mengutusnya kepada manusia dan jin. Maka tiada perkara halal kecuali yang telah dihalalkannya, tiada perkara haram kecuali yang telah diharamkannya, dan tiada agama kecuali yang telah disyariatkannya. Setelah Allah menyempurnakan agama bagi mereka, berarti sempurnalah nikmat atas mereka. Oleh karena itu Allah berfirman, "Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu, telah Kucukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Kuridhai Islam sebagai agamamu." Maka ridhailah olehmu Islam untuk dirimu karena ia merupakan agama yang diridhai Allah dan dibawa oleh Rasul yang paling utama dan dikandung oleh kitab-Nya yang paling mulia.

3. QS. Ass Shaf ayat 7

7. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan Dusta terhadap Allah sedang Dia diajak kepada Islam? dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

Menurut Tafsir Ibnu Katsir. Bahwa Allah berfirman demikian yaitu, tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah dan menjadikan bagi-Nya segala bentuk saingan dan serikat, sedangkan Allah sendiri mengajaknya untuk bertauhid dan ikhlas.

4. QS. Al An'am ayat 125

125. Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya*, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.

*Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.

Menurut Tafsir Al Azhar. Bahwa ayat ini membuka pintu kesempatan yang besar bagi setiap insan yang cinta akan kebenaran. Bagaimana seseorang diselubungi dosa, syirik dan kegelapan selama ini, satu waktu jika petunjuk datang wajah hidupnya bisa saja berubah yang penting ialah penerangan agama yang diterimanya. Itu sebabnya maka Rasulullah saw diperintahkan untuk menyampaikan seruan Allah dengan sebaik-baik penyampaiannya. Itu sebabnya maka memberikan da'wah agama hendaklah dengan memakai tiga peringatan. Pertama dengan Hikmat, kedua dengan Mau'izhah Hasanah (memberikan pengajaran secara baik) dan ketiga Wajaadil Hum Billati Hia Ahasan (bertukar fikiran/berdiskusi terhadap mereka denagn jalan yang sebaik-baiknya.

Di dalam ayat ini disabdakan oleh Allah bahwa kalau Allah menghendaki agar seseorang memperoleh petunjuk, niscaya dilapangkanlah atau dibukakanlah dadanya untuk menerima Islam. Ayat ini bagi orang yang beriman akan menambah imannya, selalu dia memohon kepada Allah agar ditunjuki dan dibuka dadanya, dibuka mata hatinya untuk menerima kebenaran.

5. QS. Az Zumar ayat 22

22. Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.

Menurut Tafsir Al Mishbah ayat yang lalu menjelaskan bahwa turunnya air dari langit serta dampak-dampak yang diakibatkannya merupakan pelajaran bagi orang-orang yang memiliki pikiran yang cerah, yaitu mereka yang merupakan hamba-hamba Allah yang bertakwa, sedang sebelum ini telah dijelaskan bahwa mereka itulah yang memperoleh petunjuk Allah (ayat 18), maka ayat di atas bagaikan menyatakan bahwa: Mereka itu sama sekali tidak sama dengan para pendurhaka karena mereka berjalan di bawah bimbingan cahaya Ilahi, memandang kebenaran.

Sayyid Quthub menulis dalam konteks hubungan ayat di atas dan ayat sebelumnya bahwa: Sebagaimana Allah swt menurunkan hujan dari langit, dan menghailkan tumbuh-tumbuhan yang beraneka warna, demikian juga menurunkan al-Quran sebagai dzikir dan peringatan. Ia diterima oleh hati yang hidup sehingga terbuka, berkembang dan bergerak sebagaimana gerak kehidupan, dan ia dihadapi oleh yang keras hatinya seperti batu karang yang tidak disentuh oleh kehidupan.

Bisa juga ayat ini berhubungan dengan ayat 20 yang menguraikan ganjaran yang diperoleh oleh mereka yang bertakwa. Apapun hubungannya yang jelas ayat di atas bagaikan menyatakan: Maka apakah orang-orang yang dilapangkan Allah dadanya untuk menerima agama Islam, maka dia berada di atas cahaya dari Tuhan Pemelihara dan pembimbing-Nya. Apkah yang seperti itu keadaannya sama dengan orang yang membatu hatinya, dan berjalan dalam kegelapan tidak mengetahui arah dan menolak memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah? Maka kecelakaan yang besar bagi yang membantu hati mereka terhadap dzikrullah yakni al-Quran. Mereka itulah yang sungguh jauh kebejatannya berada dalam wadah kesesatan yang nyata tidak dapat mengelak darinya.

Menurut Tafsir Ibnu Katsir Bahwa ayat di atas berhubungan dengan Surah Al An'am ayat 122.

"Dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan." Karena itu Allah berfirman, "Maka kecelakaanyang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah." Yaitu, tidak menjadi lunak ketika disebutkan nama-Nya, tidak menjadi khusu, tidak mengerti dan tidak paham. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah membahas penafsiran-penafsiran ayat tentang agama Islam yang telah diuraikan diatas, kami dapat menyimpulkan yang pertama yaitu pengertian tentang agama Islam dan yang kedua konsep-konsep ayat-ayat yang berhubungan dengan agama Islam.

a. Yang dimaksud dengan agama Islam adalah penyeraha diri dengan sepenuhnya kepada Allah SWT di dalam tata kehidupan untuk menggapai keridhaan Allah agar mendapatkan pahala.

b. Inti dari keseluruhan ayat yang berhubungan dengan agama Islam yaitu:

Bahwa agama Islam itu merupakan milik Allah dimana umat manusia yang telah diberikan agama Islam harus tunduk atau menyerah diri serta taat terhadap perintah Allah, Karena Allah telah memberitahukan kepada Ummatnya bahwa tiada agama yang dapat diterima dari seseorang kecuali agama Islam. Orang-orang terdahulu yang telah diberi al-Kitab mereka tidak akan berikhtilaf atau berselisih terhadap agama Islam kecuali setelah datang pengetahuan kepada mereka dikarenakan kedengkian diantara mereka. Dan apabila sebagian mereka ada yang mendebat tentang kebenaran Islam, maka serahkanlah semuanya kepada Allah, dan apabila orang yang menempuh jalan yang tidak disyariatkan oleh Allah, maka tidak akan diterima daripadanya.

Bahwa Allah telah menyempurnakan agama mereka sehingga mereka tidak memerlukan selain agama-Nya dan tidak memerlukan seorang nabi pun kecuali Nabi saw. Setelah Allah menyempurnakan agama bagi mereka, berarti sempurnalah nikmat atas mereka. Maka ridhailah olehmu Islam untuk dirimu karena ia merupakan agama yang diridhai Allah dan dibawa oleh Rasul yang paling utama dan dikandung oleh kitab-Nya yang paling mulia.

Di dalam ayat ini disabdakan oleh Allah bahwa kalau Allah menghendaki agar seseorang memperoleh petunjuk, niscaya dilapangkanlah atau dibukakanlah dadanya untuk menerima Islam. Ayat ini bagi orang yang beriman akan menambah imannya, selalu dia memohon kepada Allah agar ditunjuki dan dibuka dadanya, dibuka mata hatinya untuk menerima kebenaran.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini, penyusun sangat mengharapkan kepada para pembaca agar lebih giat mempelajari Tafsir al-Quran dan mengamalkannya dengan ikhlas, karena Tafsir merupakan salah satu penuntun bagi umat islam menuju mardhatillah.

DAFTAR PUSTAKA

Allamah Kamal Faqih Imani. Tafsir Nurul Quran

M. Nasib Ar-Rifa’I, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Gema Insani, Jakarta 2001

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran

Pfof. R. H. A. Soenarjo, S.H. Al Quran dan Terjemahnya, Jakarta 1971

Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar