Pages

Rabu, 02 Juni 2010

TAWAKAL


Tawakkal artinya berpasrah diri kepada Allah setelah melakukan upaya-upaya secara maksimal. Kita hidup di dunia jika menginginkan sesuatu maka ia harus berusaha untuk menggapainya. Meski demikian, usaha kita tidak sepenuhnya menentukan, karena banyak faktor lain yang ikut bermain, misalnya faktor kebetulan, faktor yang dipercaya sebagai keberuntungan, faktor doa dan sebagainya. Orang yang menyombongkan keberhasilannya sebagai usaha sendiri termasuk orang yang buruk akhlaknya terhadap Allah, dan bahkan bisa terperangkap ke dalam syirk khofiy. Seorang yang bertawakkal kepada Allah adalah orang yang bekerja keras untuk menggapai apa yang diinginkannya dengan mengikuti prosedur yang wajar (menggunakan management usaha), tetapi ia tetap meyakini bahwa keberhasilan usahanya ditentukan oleh Allah Yang Maha Pengatur. Ia yakin betul bahwa upaya dan kekuatan itu tidak efektif tanpa izin Allah, la hauls wala quwwata ills billah al'Aliy al 'Aziem.

Pengertian tawakkal difahami dari hadis yang berbunyi I'qilha wa tawakkal. Dikisahkan bahwa ada seseorang baru datang dari luar kota menemui Rasulullah. Beliau menanyakan apakah ontanya diikat (di parkir secara benar dan dikunci). Orang itu menjawab: Tidak ya Rasulullah, saya tawakkal saja kepada Allah. Rasul lalu menegurnya; (jangan begitu), ikat dulu untamu secara benar, baru engkau bertawakkal kepada Allah. Dari hadis itu dapat difahami bahwa kepercayaan kepada Allah sebagai Yang Maha Kuasa , Maha Pengatur dan Maha Penentu tidak mengurangi professionalitas dan rasionalitas usaha.

Tingkat kemampuan seseorang untuk bertawakkal kepada Allah berhubungan juga dengan tingkat ketauhidannya. Imam Gazali menggambarkan tingkat-tingkat tawakkal dengan perumpamaan sebagai berikut:

Jika engkau mau pergi ke padang pasir gersang, maka engkau harus mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan di sana, makanan, minuman, tenda, kendaraan dan sebagainya. Jika sudah lengkap berangkatlah anda dengan bertawakkal kepada Allah. Jika tidak lengkap jangan berani nekat, karena di sana alamnya sangat kejam. Ini adalah tawakkal tingkat terendah.

Jika engkau akan pergi ke hutan tetapi tidak ada bekal makanan, yang ada hanya alat berburu (senapan, pisau,korek dan termos air), berangkat sajalah dengan tawakkal kepada Allah, Insya Allah anda bisa menemukan bahan makanan disana. Ini adalah bentuk tawakkal orang yang telah memiliki ketrampilan tertentu.

Jika anda tidak memiliki bekal apapun, tetapi anda harus pergi juga ke suatu tempat, maka pergilah dengan tawakkal kepada Allah, asal tempat yang anda tuju itu masih ada atau banyak orang. Tawakkal tingkat ini masih rasional karena sifat sosial masyarakat akan dapat menjadi tumpuan hidupnya.

Meski anda tidak mempunyai bekal apapun, dan di tempat yang anda tuju tidak juga ada persediaan bekal, sedang anda tidak bisa menghindar dari keharusan untuk pergi ke tempat itu, maka pergilah dengan bertawakkal kepada Allah. Insya Allah Dia akan memberi apa yang anda butuhkan. Tawakkal tingkat ini adalah tawakkalnya kaum khowash, orang yang sebenar-benarnya bertauhid, karena ia telah mencapai tingkat ketaqwaan yang meyakini betul bahwa Allah Maha Kuasa mengadakan yang tiada, mengembalikan yang hilang, memberi rizki kepada seluruh hamba Nya dimanapun ia hidup, dan maka Pengasih lagi Penyayang kepada makhlukNya.

Tawakkal merupakan wujud akhlak kita kepada Allah, yang oleh karena itu perbuatan itu bernilai ibadah. Secara psikologis, orang yang bertawakkal dapat terhindar dari perasaan kecewa berkepanjangan jika menghadapi kegagalan, dan terhindar dari rasa sombong jika memperoleh keberhasilan, karena ia menempatkan diri sebagai hamba yang berprasangka baik terhadap kehendak Allah. Orang yang sudah bisa bertawakkal, jika ia sukses dalam suatu hal, disamping ia mengucapkan syukur kepada Allah, ia juga bertanya-tanya dalam hatinya, jangan-jangan kesuksesan ini merupakan cobaan dari Allah.

Sebaliknya jika setelah bekerja keras secara benar untuk menggapai apa yang diinginkan tetapi mengalami kegagalan, maka ia menyalahkan diri sendiri dan mengembalikan persoalannya kepada Allah Yang Maha Pengatur serasa berprasangka bahwa kegagalan itu merupakan rahmat Allah, karena boleh jadi di mata Allah ia belum layak menerima apa yang diinginkannya. Di satu sisi, tawakkal adalah juga merupakan bentuk tawaddu' atau rendah hati seorang hamba kepada Sang Khaliq. Orang yang bertawakkal pada umumnya juga ridla (puas) atas apapun yang diterimanya dari Allah, baik yang bersifat peningkatan maupun yang bersifat penurunan, karena ia memahami makna pemberian Allah.

0 komentar:

Posting Komentar